Jumat, 22 Oktober 2010

Informasi Tentang Flu Singapura

Beberapa minggu terakhir banyak berita yang mengekspose tentang penyakit “Flu Singapura”. Sebagian besar orangtua tentu merasa panik dan ketakutan jika mendengar berita tentang menyebarnya suatu penyakit yang tergolong baru seperti ini. Apalagi belum banyak media yang memberitakan seperti apa sebenarnya penyakit itu dan bagaimana cara pencegahannya.

Menanggapi permasalahan itu, disini kami berusaha menyajikan informasi dan data data yang kami punya (tentu saja informasi ini juga berasal dari banyak media dan pengalaman penulis). Sehinga kami berharap isi tulisan ini dapat mengurangi kepanikan sebagian orang tua maupun seluruh masyarakat pembaca.

Apa sih Flu Singapura itu :

Penyakit Flu Singapura sebenarnya sudah ada di Singapura sejak tahun 2000, di dunia kedokteran penyakit ini dikenal dengan istilah Hand, Foot and Mouth Disesas (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (KTM).

Penyakit ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae, Genus Enterovirus. Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71.

Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan sering terjadi dalam musim panas. Flu Singapura merupakan penyakit biasa yang mudah menyerang pada kelompok masyarakat yang padat penghuni. Flu Singapura biasanya menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ).

Penyakit ini memang bukan penyakit berbahaya karena sejauh ini belum ada korban jiwa. Dari kasus yang ada, penderitanya dapat kembali sehat seperti semula setelah menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit. Tapi karena virus ini begitu mudah menular di kalangan anak-anak, tentu saja mudah memancing kepanikan orang tua. Proses belajar di sekolah otomatis juga terganggu.

Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier/vehicle) seperti lalat dan kecoa. Penyakit ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 - 5 hari.


Gejala dan Gambaran Klinis :

Bila terserang penyakit biasanya diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti flu pada umumnya. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus di dalam mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.

Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Bisa juga muncul rash/ruam (makulopapel) dipantat. Tanpa pengobatan, penyakit ini bias membaik sendiri dalam 7-10 hari.

Bila disertai muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada penderita yang timbul gejala berat seperti Hiperpireksia (suhu lebih dari 39 o.C), Demam tidak turun-turun (Prolonged Fever), Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi, Nyeri pada leher,lengan dan kaki, kejang-kejang, harus dirujuk kerumah sakit.


Penatalaksanaan Kasus

Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap kasus ini, penderita disarankan untuk istirahat yang cukup dan bila perlu dikarantina selama lima hari untuk mengurangi penyebaran. Yang dapat diberikan adalah berupa pengobatan simptomatik seperti : Antiseptik didaerah mulut, Analgesik misal parasetamol,
Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
Pengobatan suportif lainnya (gizi, dll)

Penyakit ini bersifat self limiting diseases ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.


Penyebaran lokal :

Di Indonesia penyakit ini sebenarnya telah ada sejak tahun 2000, pada bulan Oktober 2000 di Batam ditemukan 12 kasus dan di Jakarta 7 kasus, pada bulan Oktober di DIY ditemukan 3 kasus bahkan di Kabupaten Boyolali pernah ditemukan sedikitnya 48 kasus pada tahun 2001. Saat itu lebih dikenal dengan istilah HFMD, yang menyerang pada anak usia 0 hingga 9 tahun, namun kasus terbanyak terjadi pada kelompok usia 1 – 4 tahun (83,3%). Kasus menyebar sedikitnya di enam kecamatan dan kecamatan dengan penderita terbanya adalah kecamatan Musuk dengan 16 penderita. Dari keseluruhan kasus telah sembuh dan tidak ada korban meninggal.

Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit ini sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan keadaan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan (Higiene dan Sanitasi), misal dengan cuci tangan dengan air dan sabun secara rutin, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.

Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.

Di Rumah sakit harus dilaksanakan Universal Precaution.

Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)

Senin, 05 Juli 2010

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SARANA AIR BERSIH GUNA MENJAGA KONTINUITAS DISTRIBUSI MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PARTISIPASIP DI KEC. SELO

LATAR BELAKANG

Manusia dalam kesehariannya tidak pernah lepas dari ketergantungan akan kebutuhan air, terutama air bersih sebagai air yang digunakan untuk konsumsi

Apabila dilihat dari sumber air, diantaranya adalah berasal dari mata air yang ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah Perlindungan Mata Air ( PMA ) yang kemudian dialirkan ke desa maupun dukuh-dukuh melalui jaringan pipa.

Demikian halnya yang ada di wilayah Kecamatan Selo, penggunaan air bersih yang berasal dari perpipaan tersebut digunakan sebagai air baku konsumsi oleh sekitar 97,5 % warga masyarakat ( sumber data : Pendataan Kesehatan Lingkungan Tahun 2010 ). Namun sistim perpipaan ini tidak jarang terkendala masalah-masalah yang ada, seperti pipa rusak dan patah karena ulah manusia dan alam. Sehingga mempengaruhi dan mengurangi debit air akan digunakan warga masyarakat dan yang lebih parah lagi air bersih tidak sampai ke bak penampung yang ada di dukuh-dukuh karena kebocoran di jaringan pipa.

Berbagai hal dan upaya telah dilakukan, mulai dari swadaya tenaga dan dana dari masyarakat yang tergabung dalam Paguyuban pemakai air / Pokmair dukuh, dimana mereka secara berkala memantau kondisi air dan jaringannya yang biasanya dilakukan oleh Ulu-ulu kelompok.

Namun hal ini dirasa belum maksimal dikarenakan keterbatasan pendanaan sehingga masyarakat merasa membutuhkan sumber pembiayaan yang lain.salah satu program yang bersinergi dengan hal diatas adalah PNPM – MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ) dengan salah satu misinya yaitu Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Prasarana dan sarana social dasar dan ekonomi masyarakat. Dalam melangkah mencapai misi tersebut dilakukan strategi diantaranya menguatkan sistim pembangunan partisipasip yang mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat.

TUJUAN

UMUM

Meningkatkan jaminan kontinuitas air bersih dengan pola keswadayaan masyarakat dengan program pembangunan partisipasip.

KHUSUS

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui perberdayaan dalam pembangunan partisipasip.

2. Terpenuhinya prasarana air bersih yang memenuhi syarat baik segi kesehatan dan teknis pemanfaatan.

3. Meningkatkan kualitas pipa jalur air bersih dari PMA ke bak penampung / Reservoir serta ke sambungan rumah.

SASARAN

Pada tahun 2010, dari 10 desa yang ada di Kecamatan Selo, 8 desa diantaranya telah memenuhi syarat administratif dan lolos verifikasi

PELAKSANAAN KEGIATAN

  1. KRITERIA KEGIATAN
    1. Lebih bermanfaat untuk RTM (Rumah Tangga Miskin)
    2. Berdamapak Langsung dalam peningkatan kesejahteraan
    3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat
    4. Didukung sumber daya yang ada
    5. Berpotensi dikembangkan dan berkelanjutan

  1. TAHAPAN
    1. MAD dan Musdes sosialisasi oleh pelaksana program
    2. Penggalian gagasan masyarakat
    3. Musdes (Musyawarah Desa) Perencanaan dan Prioritas gagasan
    4. Verifikasi Usulan

Dalam proses ini dilakukan oleh tim yang dibentuk di kecamatan dan dikuatkan dengan Surat Keputusan Tim Verifikasi Kecamatan yang ditanda tangani Camat Setempat dan berkewajiban memberikan rekomendasi hasil pemeriksaan administratif dan lapangan pada Musrenbang kecamatan.

  1. PELAKSANAAN
    1. 8 (delapan) desa lolos verifikasi adalah :
  • Desa Tlogolele, di Dukuh Stabelan dan Takeran pembangunan bak air dan jaringannya.
  • Desa Klakah, di Dukuh Bakalan dan Bangunsari pembangunan bak air dan jaringannya.
  • Desa Jrakah, di Dukuh Kadisepi,Jurangjero dan Citran pembangunan bak air dan jaringannya.
  • Desa Lencoh, di Dukuh Lencoh Perbaikan dan penggantian pipa jalur distribusi
  • Desa Samiran, di Dukuh Ngaglik dan Samiran Perbaikan dan penggantian pipa jalur distribusi
  • Desa Selo, di semua Dukuh penggantian pipa jalur air bersih
  • Desa Senden, di Dukuh Senden, Glagahombo, Kemangen, dan Gunungsari pembangunan pipa jaringan.
  • Desa Jeruk, di semua Dukuh pembangunan Bak Penampung Air ( reservoir).

    1. Jadwal Pembangunan
  • Desa Tlogolele tahun 2010.
  • Desa Klakah tahun 2010.
  • Desa Jrakah tahun 2010.
  • Desa Lencoh tahun 2011
  • Desa Samiran tahun 2010
  • Desa Selo tahun 2010.
  • Desa Senden tahun 2010.
  • Desa Jeruk tahun 2011.
    1. Keswadayaan masyarakat

Swadaya masyarakat berupa Tenaga, Batu kali, pasir dan peralatan pembangunan.

HARAPAN

Dengan pola kemitraan antara masyarakat dengan program pemerintah terutama di Kecamatan Selo selain bagi masyarakat adalah terpenuhinya jalur perpipaan air bersih yang memenuhi syarat sehat dan syarat teknis. Dilain pihak bagi program diantaranya adalah pembangunan sistim partisipasip di desa dan meningkatkan kesejahteraan sebagai salah satu cara upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

Selasa, 06 April 2010

Kegiatan HUT HAKLI

Dalam rangka merayakan Ulang tahun HAKLI tahun 2010, HAKLI cabang Boyolali akan mengadakan bakti sosial dan pengabdian masyarakat. Kegiatan berupa promosi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Praktik cuci tangan dengan air bersih dan sabun ini akan dilaksanakan di beberapa Sekolah Dasar dan Taman Kanak Kanak yang berada di Wilayah Kecamatan Boyolali, Kab. Boyolali. Kegiatan ini akan dilaksanakan tanggal 12 April 2010 bertepatan dengan hari Ulang Tahun HAKLI.
Beberapa sekolah yang rencananya akan diambil sebagai lokasi promosi antara lain : SD St. Fransiskus, SDN 9, SDN 7, SDN 1, SDN 4, MIN, TK Perwanida, TK Al Hasbi, TK Arofah, TK Pertiwi Jl. Merbabu dan TK Imanuel Boyolali.
Panitia sangat berharap agar semua anggota HAKLI kususnya cabang Boyolali, mendukung penuh kegiatan ini. Selain hal itu, dalam rangka penilaian Adipura tahun 2010 HAKLI cabang Boyolali telah menyampaikan bantuan berupa pohon peneduh yang diserahkan kepada Puskesmas Boyolali 1.

Selasa, 09 Maret 2010

Kadiskes Tewas Akibat Digigit Anjing

Medan: Berhatilah-hatilah dengan anjing, apalagi jika sang hewan mengidap penyakit rabies. Di Medan, Sumatera Utara, seorang pejabat kepala dinas kesehatan Sabtu sore (6/3) tewas setelah digigit anjing. Christian Zai yang menjabat sebagai Pejabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Utara, digigit anjing saat bertugas menyuntik sang hewan guna mencegah penyebaran penyakit rabies.

Akibat tertular rabies, Christian akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Elisabeth, Medan untuk mendapat perawatan. Namun nyawanya tidak tertolong. Sang pejabat tewas hanya beberapa jam setelah dirawat. Jenazah pria berusia 50 tahun ini selanjutnya dibawa ke ruang jenazah. Di tangan kiri korban masih terbalut perban bekas luka gigitan anjing.

Dijadwalkan Ahad besok, jenazah korban akan diterbangkan ke Nias Utara untuk selanjutnya dimakamkan di kampung halamannnya. Berdasarkan catatan Pemda Kabupaten Nias Utara, dalam setahun terakhir terdapat 40 kasus kematian yang disebabkan anjing pengidap rabies. Kematian sang pejabat kadiskes menambah panjang daftar akibat penyakit yang antara lain disebarkan oleh anjing ini.(AYB)

Sumber : Liputan6.com

Sabtu, 06 Maret 2010

Usul Indonesia Akan Dibahas Sidang Kesehatan Dunia

Jakarta - Rancangan resolusi penanganan limbah yang disampaikan Indonesia pada pertemuan Badan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu di Swiss akan dibahas dalam Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly/WHA) Mei mendatang, demikian Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Jakarta, Senin.

"Ternyata banyak anggota `Executive Board` yang mendukung, baik dari negara maju maupun berkembang. Draf resolusi akan dibahas di WHA," kata Endang Rahayu.

Pemerintah mengajukan usul resolusi perbaikan kesehatan melalui pengelolaan lingkungan dan limbah secara baik untuk menindaklanjuti Pertemuan Para Pihak the Basel Convention di Bali yang membahas penanganan limbah berbahaya.

Usul resolusi itu, menurut Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Hubungan Kerja sama Internasional dan Kelembagaan Makarim Wibisono, berisi permintaan agar Direktur Jenderal WHO melakukan kerjasama dengan organisasi terkait dalam mencegaha munculnya masalah kesehatan akibat limbah berbahaya.

Menurut pemerintah, masalah itu semestinya dipadukan dengan pengelolaan lingkungan.

Organisasi internasional yang mengurusi masalah kesehatan global seperti WHO juga harus menjadikan upaya pengelolaan lingkungan dan limbah secara baik sebagai bagian dari program kesehatan yang dijalankannya.

Menteri Kesehatan menjelaskan, Badan Eksekutif WHO juga menyepakati usul Indonesia tentang penguatan komitmen politik serta kerjasama antarnegara dalam mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium untuk menurunkan kematian ibu dan bayi serta penurunan jumlah penderita tuberkulosis, malaria dan HIV/AIDS.

Badan Eksekutif WHO beranggotakan 34 negara di mana Indonesia menjadi anggota sejak tahun 2007 dan akan berakhir pada 2010.

Badan Eksekutif WHO bertemu untuk menyusun keputusan dan kebijakan yang akan dibahas pada WHA serta memberi arahan kepada Direktur Jenderal WHO untuk melaksanakan keputusan-keputusan WHA.(*)


Sumber : ANTARANews

Sabtu, 06 Februari 2010

Keakraban Kami ...


Bp. Eko Budisiswanto, SKM (Ketua Cabang Hakli Boyolali)



Rabu, 20 Januari 2010

SURVEILLANCE PES PADA PUSKESMAS SELO

Pes merupakan salah satu penyakit Zoonosa lainnya. penyakit ini terdapat pada hewan rodent dan menular ke manusia melalui gigitan pinjal.

Black Death itulah sebutan pada perang dunia II karena mengakibatkan kematian yang tinggi. Sedangkan masyarakat umum mengenal dengan sebutan sampar dengan gejala bakteriaemia, demam tinggi, shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur, gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan koma (tidak sadar).

Sampai saat ini Kabupaten Boyolali khususnya Kecamatan Selo secara serologi masih dinyatakan positif antibody pes dengan kata lain masih daerah focus pes selain Kecamatan Tosari dan Nongkojajar di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kecamatan Cangkringan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

AGENT

Yersenia pestis adalah nama bakterinya pada suhu 28 º C merupakan suhu optimum tapi kapsul terbentuk tidak sempurna namun pada suhu 37 º C ialah suhu terbaik pada pertumbuhan bakteri tersebut.

RESERVOIR

Hewan – hewan rodentlah reservoir yang utama seperti tikus kelinci.

VEKTOR

Pinjal merupakan vector penyakit ini diantaranya Xenopsylla cheopis, Culux iritans, Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus

CARA PENULARAN

Garis besarnya sebagai berikut

  1. Manusia memasuki daerah enzootic di daerah sylvatic zone
  2. Masuknya tiukus hutan membawa pinjal infektif ke daerah pemukiman dan pinjal tersebut menyerang domestic rodent maupun manusia
  3. Kontaknya rodent dan atau pinjal dengan sumbe pes di daerah silvatik.

MASA INKUBASI

Type bubo adalah 2-6 hari dan Type paru adalah 2-4 hari.

TUJUAN

Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini ( SKD) terhadap Penularan Pes di daerah focus dengan melakukan pengamatan aktif kepada rodent serta pinjal.

GAMBARAN PENGAMATAN AKTIF

1. Pengamatan pada rodent di daerah focus

Dilakukan sepanjang tahun setiap bulan 1 kali survey dilakukan pemasangan perangkap tikus dari metal trap ( trapping ) 5 hari berturut – turut. Bila ditemukan titer positif dilakukan trapping ulang selama 5 hari berturut – turut setiap 2 minggu sekali.

Target trapp terpasang sebanyak 1.000 buah sekali pemasangan atau sebanyak 5.000 buah satu kali kegiatan dengan Sukses Trapp 5-10%. Metal trap yang akan dipasang sore harinya sebelumnya diberi umpan kelapa bakar dan akan dikumpulkan ( Control ) pada esok harinya oleh petugas dan kader pes.

Kemudian tikus yang tertangkap hidup diberi label untuk dibawa ke laboratorium pes di UPT Puskesmas Selo untuk proses pengambilan specimen. Sedangkan yang mati dimasukkan pada kantong dan diberi label khusus untuk pemeriksaan mikroskopis.

Selain itu petugas dan kader juga mencari tikus yang mati tanpa sebab yang jelas ( Rat fall ) dengan tetap memperhatikan keadaan perubahan lingkungan dan apabila ditemukan maka pencarian diperluas sekitar radius 200 meter dari lokasi penemuan.

HASIL KEGIATAN

Lokasi Trapping di Desa Tlogolele.

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

3/5

3

11

8

21

12

17

29

2

5/5

7

0

2

9

6

2

8

3

6/5

23

0

0

23

18

22

40

4

7/5

20

5

1

26

38

31

69

5

8/7

22

2

4

28

23

25

48

6

9/5

17

2

4

23

29

27

56

Jumlah

92

20

19

131

126

124

250

Sukses trapp 2,62 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi (Domestic rodent) sebanyak 92 ekor / 70,22 %, Ratus thiomanicus /Tikus kebun sebanyak 20 ekor / 15,26 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 19 ekor / 14,50 %. Domestic rodent menempati urutan pertama karena lokasi trapping berada di dalam rumah.

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 50,4% dan Stivalius cognatus sebesar 49,6%.


Lokasi Trapping di Desa Klakah.

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

8/6

23

5

9

37

62

25

87

2

9/6

24

2

8

34

54

33

87

3

10/6

20

1

1

22

40

28

68

4

11/6

11

1

8

20

32

38

70

5

12/6

7

1

0

8

3

11

14

6

13/6

8

0

3

11

6

5

11

Jumlah

93

10

29

132

197

140

337

Sukses trapp 2,64 %

Pada trapping di Desa klakah diketahui bahwa jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi (Domestic rodent) sebanyak 93 ekor / 70,45 %, Ratus thiomanicus / Tikus kebun sebanyak 10 ekor / 7,57 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 29 ekor / 21,96 %. Ratus Diardi menempati urutan pertama dikarenakan lokasi trapping berada di dapur ( pawon bahasa jawa).

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 58,45% dan Stivalius cognatus sebesar 41,54%.


Lokasi Trapping di Desa Jrakah

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

6/7

17

3

7

27

40

58

98

2

7/7

19

2

3

24

37

21

58

3

9/7

18

0

9

27

42

16

58

4

10/7

11

1

9

21

28

27

55

5

11/7

12

0

1

13

21

13

34

Jumlah

77

6

29

112

168

135

303

Sukses trapp 2,38 %

Pengamatan aktif di Desa Jrakah didapatkan hasil sebagai berikut.jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi sebanyak 77 ekor / 68,75 %, Ratus thiomanicus sebanyak 6 ekor / 5,35 % dan Ratus Niviventer sebanyak 29 ekor / 25,89 %. Ratus Diardi menempati urutan pertama dikarenakan lokasi trapping berada di dapur dan tempat penyimpanan makanan ( Grobok bahasa jawa )

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 55,77% dan Stivalius cognatus sebesar 44,45%.


Lokasi Trapping di Desa Tarubatang

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

24/8

10

1

1

12

16

3

19

2

25/8

16

3

1

20

18

17

35

3

26/8

10

5

6

21

28

9

37

4

27/8

19

3

3

25

32

34

66

5

28/8

11

0

1

12

7

15

22

Jumlah

66

12

12

90

101

78

179

Sukses trapp 1,91 %

Surveilans aktif di Desa Tarubatang mendapatkan hasil bahwa rodent tertangkap jenis Ratus Diardi sebanyak 66 ekor / 73,33 %, Ratus thiomanicus sebanyak 12 ekor / 13,33 % dan Ratus Niviventer sebanyak 12 ekor / 13,33 %. Ratus Diardi menempati urutan pertama dikarenakan lokasi trapping berada di dapur dan tempat penyimpanan makanan ( Grobok bahasa jawa )

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 56,42% dan Stivalius cognatus sebesar 43,57%.


Lokasi Trapping di Desa Selo

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

1/9

16

0

4

20

14

0

14

2

2/9

13

4

7

24

20

49

69

3

3/9

16

3

4

23

28

26

54

4

4/9

8

2

2

12

9

7

16

5

5/9

5

3

2

10

14

5

19

Jumlah

58

12

19

89

85

87

172

Sukses trapp 1,87 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi (Domestic rodent) sebanyak 58 ekor / 65,16 %, Ratus thiomanicus /Tikus kebun sebanyak 12 ekor / 13,48 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 19 ekor / 21,34 %. Domestic rodent menempati urutan pertama karena lokasi trapping berada di dalam rumah.

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 49,41% dan Stivalius cognatus sebesar 50,58%.



Dari data diatas dapat direkapitulasi dalam bentuk tabel sebagai berikut :

NO

NAMA DESA

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

Tlogoll

92

20

19

131

126

124

250

2

Klakah

93

10

29

132

197

140

337

3

Jrakah

77

6

29

112

168

135

303

4

trbtng

66

12

12

90

101

78

179

5

Selo

58

12

19

89

85

87

172

Jumlah

386

60

108

554

677

564

1.241

Rekapitulasi diatas dapat disimpulkan rodent tertangkap jenis Ratus Diardi sebanyak 386 ekor / 69,67 %, Ratus thiomanicus / Tikus kebun sebanyak 60 ekor / 10,83 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 108 ekor / 19,48 %. Domestic rodent menempati urutan pertama karena lokasi trapping berada di dalam rumah.

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 54,55% dan Stivalius cognatus sebesar 45,44%.


HAMBATAN / MASALAH

a. Kurangnya Sosialisasi kepada warga masyarakat di desa sasaran yang mengakibatkan ada sebagian masyarakat yang menyatakan enggan memasang trapp karena tidak adanya follow up / tindak lanjut setelah kegiatan selesai seperti tahun – tahun sebelumnya. Seperti penyuluhan tentang bahaya pes dan hasil dari perlakuan tikus maupun pinjal sehingga walaupun jumlah trapp yang didistribusikan mencapai target namun masyarakat tidak memasangnya ( Sukses trapp tidak tercapai ).

b. Kondisi trapp yang sebagian besar tidak baik, hal ini dapat di amati di antaranya

1. Per trapp tidak berfungsi maksimal, jadi tikus masih bisa keluar dari trapp.

2. Trapp sudah banyak yang berkarat hal ini mengharuskan menyetel / memperbaiki dengan kawat blendrat dan kunci tang / secara manual yang hasilnya tidak maksimal.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

a. Sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit pes, kegiatan pes dan peran masyarakat terhadap program tersebut.

b. Sosialisasi atau penyuluhan terhadap hasil kegiatan pes tingkat kecamatan atau tingkat desa dan dukuh.

c. Pengajuan alokasi anggaran untuk pengadaan trapp baru atau minimal mengalokasikan anggaran untuk pengadaan per trapp.

d. Evaluasi setiap akhir kegiatan yang mengikutsertakan kader survailans pes, pengelola program pes, petugas laboratorium pes puskesmas dan pembinaan oleh petugas kabupaten.

PENCEGAHAN

Cara pencegahan dan mengurangi potensi kontak tikus serta pinjal ke manusia diantaranya :

a. Penempatan kandang di luar rumah induk

b. Perbaikan konstruksi rumah yang bertujuan mengurangi tempat bersarang tikus (rat proof) dan plesterisasi lantai

c. Memasang genting kaca sehingga sinar matahari langsung bisa masuk kedalam ruangan rumah.

d. Menyimpan bahan makanan dan atau makanan di tempat yang tidak mudah dijangkau tikus.

e. Tinggi tempat tidur minimal 20 cm dari tanah.

f. Segera melaporkan ke petugas kesehatan atau perangkat desa apabila menjumpai tikus mati tanpa sebab ( rat fall ).