Rabu, 20 Januari 2010

SURVEILLANCE PES PADA PUSKESMAS SELO

Pes merupakan salah satu penyakit Zoonosa lainnya. penyakit ini terdapat pada hewan rodent dan menular ke manusia melalui gigitan pinjal.

Black Death itulah sebutan pada perang dunia II karena mengakibatkan kematian yang tinggi. Sedangkan masyarakat umum mengenal dengan sebutan sampar dengan gejala bakteriaemia, demam tinggi, shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur, gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan koma (tidak sadar).

Sampai saat ini Kabupaten Boyolali khususnya Kecamatan Selo secara serologi masih dinyatakan positif antibody pes dengan kata lain masih daerah focus pes selain Kecamatan Tosari dan Nongkojajar di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kecamatan Cangkringan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

AGENT

Yersenia pestis adalah nama bakterinya pada suhu 28 º C merupakan suhu optimum tapi kapsul terbentuk tidak sempurna namun pada suhu 37 º C ialah suhu terbaik pada pertumbuhan bakteri tersebut.

RESERVOIR

Hewan – hewan rodentlah reservoir yang utama seperti tikus kelinci.

VEKTOR

Pinjal merupakan vector penyakit ini diantaranya Xenopsylla cheopis, Culux iritans, Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus

CARA PENULARAN

Garis besarnya sebagai berikut

  1. Manusia memasuki daerah enzootic di daerah sylvatic zone
  2. Masuknya tiukus hutan membawa pinjal infektif ke daerah pemukiman dan pinjal tersebut menyerang domestic rodent maupun manusia
  3. Kontaknya rodent dan atau pinjal dengan sumbe pes di daerah silvatik.

MASA INKUBASI

Type bubo adalah 2-6 hari dan Type paru adalah 2-4 hari.

TUJUAN

Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini ( SKD) terhadap Penularan Pes di daerah focus dengan melakukan pengamatan aktif kepada rodent serta pinjal.

GAMBARAN PENGAMATAN AKTIF

1. Pengamatan pada rodent di daerah focus

Dilakukan sepanjang tahun setiap bulan 1 kali survey dilakukan pemasangan perangkap tikus dari metal trap ( trapping ) 5 hari berturut – turut. Bila ditemukan titer positif dilakukan trapping ulang selama 5 hari berturut – turut setiap 2 minggu sekali.

Target trapp terpasang sebanyak 1.000 buah sekali pemasangan atau sebanyak 5.000 buah satu kali kegiatan dengan Sukses Trapp 5-10%. Metal trap yang akan dipasang sore harinya sebelumnya diberi umpan kelapa bakar dan akan dikumpulkan ( Control ) pada esok harinya oleh petugas dan kader pes.

Kemudian tikus yang tertangkap hidup diberi label untuk dibawa ke laboratorium pes di UPT Puskesmas Selo untuk proses pengambilan specimen. Sedangkan yang mati dimasukkan pada kantong dan diberi label khusus untuk pemeriksaan mikroskopis.

Selain itu petugas dan kader juga mencari tikus yang mati tanpa sebab yang jelas ( Rat fall ) dengan tetap memperhatikan keadaan perubahan lingkungan dan apabila ditemukan maka pencarian diperluas sekitar radius 200 meter dari lokasi penemuan.

HASIL KEGIATAN

Lokasi Trapping di Desa Tlogolele.

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

3/5

3

11

8

21

12

17

29

2

5/5

7

0

2

9

6

2

8

3

6/5

23

0

0

23

18

22

40

4

7/5

20

5

1

26

38

31

69

5

8/7

22

2

4

28

23

25

48

6

9/5

17

2

4

23

29

27

56

Jumlah

92

20

19

131

126

124

250

Sukses trapp 2,62 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi (Domestic rodent) sebanyak 92 ekor / 70,22 %, Ratus thiomanicus /Tikus kebun sebanyak 20 ekor / 15,26 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 19 ekor / 14,50 %. Domestic rodent menempati urutan pertama karena lokasi trapping berada di dalam rumah.

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 50,4% dan Stivalius cognatus sebesar 49,6%.


Lokasi Trapping di Desa Klakah.

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

8/6

23

5

9

37

62

25

87

2

9/6

24

2

8

34

54

33

87

3

10/6

20

1

1

22

40

28

68

4

11/6

11

1

8

20

32

38

70

5

12/6

7

1

0

8

3

11

14

6

13/6

8

0

3

11

6

5

11

Jumlah

93

10

29

132

197

140

337

Sukses trapp 2,64 %

Pada trapping di Desa klakah diketahui bahwa jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi (Domestic rodent) sebanyak 93 ekor / 70,45 %, Ratus thiomanicus / Tikus kebun sebanyak 10 ekor / 7,57 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 29 ekor / 21,96 %. Ratus Diardi menempati urutan pertama dikarenakan lokasi trapping berada di dapur ( pawon bahasa jawa).

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 58,45% dan Stivalius cognatus sebesar 41,54%.


Lokasi Trapping di Desa Jrakah

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

6/7

17

3

7

27

40

58

98

2

7/7

19

2

3

24

37

21

58

3

9/7

18

0

9

27

42

16

58

4

10/7

11

1

9

21

28

27

55

5

11/7

12

0

1

13

21

13

34

Jumlah

77

6

29

112

168

135

303

Sukses trapp 2,38 %

Pengamatan aktif di Desa Jrakah didapatkan hasil sebagai berikut.jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi sebanyak 77 ekor / 68,75 %, Ratus thiomanicus sebanyak 6 ekor / 5,35 % dan Ratus Niviventer sebanyak 29 ekor / 25,89 %. Ratus Diardi menempati urutan pertama dikarenakan lokasi trapping berada di dapur dan tempat penyimpanan makanan ( Grobok bahasa jawa )

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 55,77% dan Stivalius cognatus sebesar 44,45%.


Lokasi Trapping di Desa Tarubatang

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

24/8

10

1

1

12

16

3

19

2

25/8

16

3

1

20

18

17

35

3

26/8

10

5

6

21

28

9

37

4

27/8

19

3

3

25

32

34

66

5

28/8

11

0

1

12

7

15

22

Jumlah

66

12

12

90

101

78

179

Sukses trapp 1,91 %

Surveilans aktif di Desa Tarubatang mendapatkan hasil bahwa rodent tertangkap jenis Ratus Diardi sebanyak 66 ekor / 73,33 %, Ratus thiomanicus sebanyak 12 ekor / 13,33 % dan Ratus Niviventer sebanyak 12 ekor / 13,33 %. Ratus Diardi menempati urutan pertama dikarenakan lokasi trapping berada di dapur dan tempat penyimpanan makanan ( Grobok bahasa jawa )

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 56,42% dan Stivalius cognatus sebesar 43,57%.


Lokasi Trapping di Desa Selo

NO

TGL

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

1/9

16

0

4

20

14

0

14

2

2/9

13

4

7

24

20

49

69

3

3/9

16

3

4

23

28

26

54

4

4/9

8

2

2

12

9

7

16

5

5/9

5

3

2

10

14

5

19

Jumlah

58

12

19

89

85

87

172

Sukses trapp 1,87 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa jenis tikus tertangkap terbanyak adalah Ratus Diardi (Domestic rodent) sebanyak 58 ekor / 65,16 %, Ratus thiomanicus /Tikus kebun sebanyak 12 ekor / 13,48 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 19 ekor / 21,34 %. Domestic rodent menempati urutan pertama karena lokasi trapping berada di dalam rumah.

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 49,41% dan Stivalius cognatus sebesar 50,58%.



Dari data diatas dapat direkapitulasi dalam bentuk tabel sebagai berikut :

NO

NAMA DESA

RODENT

PINJAL

Rr diardi

R.Thio

R.Niv

Jml

X.che

St.cog

Jml

1

Tlogoll

92

20

19

131

126

124

250

2

Klakah

93

10

29

132

197

140

337

3

Jrakah

77

6

29

112

168

135

303

4

trbtng

66

12

12

90

101

78

179

5

Selo

58

12

19

89

85

87

172

Jumlah

386

60

108

554

677

564

1.241

Rekapitulasi diatas dapat disimpulkan rodent tertangkap jenis Ratus Diardi sebanyak 386 ekor / 69,67 %, Ratus thiomanicus / Tikus kebun sebanyak 60 ekor / 10,83 % dan Ratus Niviventer / tikus hutan sebanyak 108 ekor / 19,48 %. Domestic rodent menempati urutan pertama karena lokasi trapping berada di dalam rumah.

Sedangkan pinjal Xenopsylla cheopis sebesar 54,55% dan Stivalius cognatus sebesar 45,44%.


HAMBATAN / MASALAH

a. Kurangnya Sosialisasi kepada warga masyarakat di desa sasaran yang mengakibatkan ada sebagian masyarakat yang menyatakan enggan memasang trapp karena tidak adanya follow up / tindak lanjut setelah kegiatan selesai seperti tahun – tahun sebelumnya. Seperti penyuluhan tentang bahaya pes dan hasil dari perlakuan tikus maupun pinjal sehingga walaupun jumlah trapp yang didistribusikan mencapai target namun masyarakat tidak memasangnya ( Sukses trapp tidak tercapai ).

b. Kondisi trapp yang sebagian besar tidak baik, hal ini dapat di amati di antaranya

1. Per trapp tidak berfungsi maksimal, jadi tikus masih bisa keluar dari trapp.

2. Trapp sudah banyak yang berkarat hal ini mengharuskan menyetel / memperbaiki dengan kawat blendrat dan kunci tang / secara manual yang hasilnya tidak maksimal.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

a. Sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit pes, kegiatan pes dan peran masyarakat terhadap program tersebut.

b. Sosialisasi atau penyuluhan terhadap hasil kegiatan pes tingkat kecamatan atau tingkat desa dan dukuh.

c. Pengajuan alokasi anggaran untuk pengadaan trapp baru atau minimal mengalokasikan anggaran untuk pengadaan per trapp.

d. Evaluasi setiap akhir kegiatan yang mengikutsertakan kader survailans pes, pengelola program pes, petugas laboratorium pes puskesmas dan pembinaan oleh petugas kabupaten.

PENCEGAHAN

Cara pencegahan dan mengurangi potensi kontak tikus serta pinjal ke manusia diantaranya :

a. Penempatan kandang di luar rumah induk

b. Perbaikan konstruksi rumah yang bertujuan mengurangi tempat bersarang tikus (rat proof) dan plesterisasi lantai

c. Memasang genting kaca sehingga sinar matahari langsung bisa masuk kedalam ruangan rumah.

d. Menyimpan bahan makanan dan atau makanan di tempat yang tidak mudah dijangkau tikus.

e. Tinggi tempat tidur minimal 20 cm dari tanah.

f. Segera melaporkan ke petugas kesehatan atau perangkat desa apabila menjumpai tikus mati tanpa sebab ( rat fall ).