Beberapa minggu terakhir banyak berita yang mengekspose tentang penyakit “Flu Singapura”. Sebagian besar orangtua tentu merasa panik dan ketakutan jika mendengar berita tentang menyebarnya suatu penyakit yang tergolong baru seperti ini. Apalagi belum banyak media yang memberitakan seperti apa sebenarnya penyakit itu dan bagaimana cara pencegahannya.
Menanggapi permasalahan itu, disini kami berusaha menyajikan informasi dan data data yang kami punya (tentu saja informasi ini juga berasal dari banyak media dan pengalaman penulis). Sehinga kami berharap isi tulisan ini dapat mengurangi kepanikan sebagian orang tua maupun seluruh masyarakat pembaca.
Apa sih Flu Singapura itu :
Penyakit Flu Singapura sebenarnya sudah ada di Singapura sejak tahun 2000, di dunia kedokteran penyakit ini dikenal dengan istilah Hand, Foot and Mouth Disesas (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (KTM).
Penyakit ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae, Genus Enterovirus. Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan sering terjadi dalam musim panas. Flu Singapura merupakan penyakit biasa yang mudah menyerang pada kelompok masyarakat yang padat penghuni. Flu Singapura biasanya menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ).
Penyakit ini memang bukan penyakit berbahaya karena sejauh ini belum ada korban jiwa. Dari kasus yang ada, penderitanya dapat kembali sehat seperti semula setelah menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit. Tapi karena virus ini begitu mudah menular di kalangan anak-anak, tentu saja mudah memancing kepanikan orang tua. Proses belajar di sekolah otomatis juga terganggu.
Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier/vehicle) seperti lalat dan kecoa. Penyakit ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 - 5 hari.
Gejala dan Gambaran Klinis :
Bila terserang penyakit biasanya diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti flu pada umumnya. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus di dalam mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Bisa juga muncul rash/ruam (makulopapel) dipantat. Tanpa pengobatan, penyakit ini bias membaik sendiri dalam 7-10 hari.
Bila disertai muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada penderita yang timbul gejala berat seperti Hiperpireksia (suhu lebih dari 39 o.C), Demam tidak turun-turun (Prolonged Fever), Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi, Nyeri pada leher,lengan dan kaki, kejang-kejang, harus dirujuk kerumah sakit.
Penatalaksanaan Kasus
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap kasus ini, penderita disarankan untuk istirahat yang cukup dan bila perlu dikarantina selama lima hari untuk mengurangi penyebaran. Yang dapat diberikan adalah berupa pengobatan simptomatik seperti : Antiseptik didaerah mulut, Analgesik misal parasetamol,
Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
Pengobatan suportif lainnya (gizi, dll)
Penyakit ini bersifat self limiting diseases ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
Penyebaran lokal :
Di Indonesia penyakit ini sebenarnya telah ada sejak tahun 2000, pada bulan Oktober 2000 di Batam ditemukan 12 kasus dan di Jakarta 7 kasus, pada bulan Oktober di DIY ditemukan 3 kasus bahkan di Kabupaten Boyolali pernah ditemukan sedikitnya 48 kasus pada tahun 2001. Saat itu lebih dikenal dengan istilah HFMD, yang menyerang pada anak usia 0 hingga 9 tahun, namun kasus terbanyak terjadi pada kelompok usia 1 – 4 tahun (83,3%). Kasus menyebar sedikitnya di enam kecamatan dan kecamatan dengan penderita terbanya adalah kecamatan Musuk dengan 16 penderita. Dari keseluruhan kasus telah sembuh dan tidak ada korban meninggal.
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit ini sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan keadaan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan (Higiene dan Sanitasi), misal dengan cuci tangan dengan air dan sabun secara rutin, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.
Di Rumah sakit harus dilaksanakan Universal Precaution.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)