Kamis, 13 Agustus 2009

GAMBARAN KASUS DIARE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 S/D 2007

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai cair serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya (lazimnya 3 atau lebih dalam sehari) seringkali diare disertai kejang perut.

Diare yang terjadi dengan jumlah kasus banyak serta menimbulkan banyak kematian, biasanya diakibatkan oleh suatu agent yang mempunyai masa inkubasi pendek, agent atau kuman yang mempunyai kemampuan seperti itu misalnya disebabkan oleh Vibrio cholera yang di Indonesia dikenal dengan setype Ogawa dan Inaba dengan biotype El Tor. Penyebaran penyakit ini berlangsung secara orofecal melalui perantara air, makanan atau vektor seperti lalat rumah. Masa Inkubasi Vibrio cholera ini biasanya beberapa jam hingga 5 hari (2 sampai 3 hari).

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIARE

Faktor-faktor yang mempengaruhi diare adalah :

· lingkungan

· gizi

· kependudukan

· pendidikan

· social ekonomi

· perilaku masyarakat.

Diare dapat disebabkan oleh bakteri (Eschericia coli, Vibrio cholera, Shigella dan Entamoeba histolytica) virus, parasit (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, dan alergi terhadap susu.

GEJALA DIARE SECARA UMUM

Gejala diare secara umum ditandai dengan frekuensi buang air besar melebihi normal, tinja encer atau cair, sakit atau kejang perut, terasa haus yang amat sangat, tidak mau makan, badan lesu dan lemas, demam, dan muntah (pada beberapa orang tertentu).

TUJUAN

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran epidemiologi penyakit diare di Kabupaten Boyolali

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan diare menurut tempat, waktu dan orang

b. Memberikan masukan untuk upaya penanggulangan penyakit diare

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE

a. Distribusi kasus diare menurut golongan umur

Distribusi kasus diare menurut golongan umur, selama tiga tahun terakhir menunjukkan pola yang hampir sama. Pada dua tahun sebelumnya, kasus tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun, disusul kelompok 5 – 9 tahun dan terendah pada kelompok umur > 70 tahun. Sedangkan pada tahun 2007, kasus tertinggi terdapat pada kelompok umur 1 – 4 tahun dan disusul kelompok umur 20 – 44 tahun. Dibanding dengan 2 tahun sebelumnya, pada tahun 2007 rata rata menunjukkan kenaikan kasus di semua kelompok umur.





b. Distribusi kasus diare menurut wilayah Puskesmas

Selama tiga tahun terakhir, terlihat adanya pergeseran jumlah kasus diare menurut tempat kejadian (Puskesmas). Pada tahun 2005, kasus tertinggi pada Puskesmas Mojosongo dengan 1.571 kasus. Pada tahun 2006, kasus tertinggi sebanyak 1.526 kasus yang terdapat pada Puskesmas Mojosongo dan Puskesmas Cepogo. Sedangkan pada tahun 2007 kasus tertinggi pada Puskesmas Cepogo dengan 2.508 kasus.

Terdapat lima Puskesmas yang selama tiga tahun berturut-turut selalu mengalami kenaikan kasus, diantaranya adalah Puskesmas Cepogo, Musuk I, Ngemplak, Nogosari, Wonosegoro dan Puskesmas Juwangi. Juga terdapat dua Puskesmas yang selama tiga tahun berturut-turut justru mengalami penurunan kasus yaitu Puskesmas Ampel I dan Puskesmas Simo.

Puskesmas Karanggede sejak bulan Januari 2006 tidak pernah menyampaikan laporan STP-PUS, sehingga data yang muncul hanya tahun 2005. Puskesmas Klego I sejak Januari 2006 hanya menyampaikan laporan STP-PUS pada bulan Juni dan Juli 2007.

c. Distribusi kasus Diare menurut waktu kejadian

Distribusi kasus diare menurut bulan kejadian tahun 2007, dibanding tahun 2006 rata rata mengalami kenaikan, hanya pada bulan Oktober cenderung mengalami penurunan walau sedikit. Dibanding tahun 2005, rata-rata kasus perbulan tahun 2007 mengalami kenaikan. Namun jika dilihat kasus perbulan ada tiga bulan yang justru menunjukkan penurunan. Tiga bulan tersebut adalah bulan April, Mei dan Juli. Tiga bulan pertama di tahun 2007 terjadi kenaikan kasus yang signifikan, kemungkinan hal ini disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali yang menerapkan pengobatan dasar dibiayai Pemda (gratis). Selengkapnya distribusi kasus per bulan dapat dilihat pada grafik 3.

Pada bulan Nopember dan Desember 2007 terjadi peningkatan kasus lagi, hal ini kemungkinan dikarenakan berhubungan dengan datangnya musim penghujan. Dikhawatirkan hal ini akan berlanjut pada awal tahun 2008. Sehingga perlu kewaspadaan dan kepekaan surveilans terutama pada awal tahun.


d. Insiden Rate kasus diare per Puskesmas

Insiden Rate (angka kesakitan) kasus diare tahun 2007 tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Cepogo dengan 4,86%. Disusul Puskesmas Kemusu I dengan 4,81%. Di dalam grafik angka kesakitan terendah terjadi di Puskesmas Karanggede 0,0%, namun hal ini tidak dapat dijadikan tolok ukur yang sebenarnya dikarenakan Puskesmas Karanggede tidak pernah mengirimkan laporan STP-PUS sebagai dasar pengolahan data ini.

Total kasus diare Kabupaten Boyolali tahun 2007 sebanyak 16.489 penderita dan jumlah penduduk sebanyak 939.087 jiwa, sehingga Insiden Rate (IR) atau angka kesakitan diare Kabupaten Boyolali sebesar 1,76%.


HAL–HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Pencegahan Penyakit Diare

Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kita senantiasa terhindar dari penyakit diare dapat diuraikan secara singkat sabagai berikut :

· Banyak minum air putih atau terapi air

· Cuci tangan dengan air dan sabun sesering mungkin atau paling tidak sebelum makan dan sesudah buang air besar

· Minum air bersih yang telah dimasak

· Makanan yang tersaji harus ditutup untuk mencegah kontaminasi lalat, kecoa, tikus dsb.

· Selalu menjaga kebersihan lingkungan anda berada (seperti buang sampah pada tempatnya, membersihkan selokan dsb.)

· Penampungan tinja dari WC yang dekat dengan sumber mata air harus dibuat dengan kedap air

· Kenali tubuh kita, agar tidak salah makan atau minum sehingga terhindar dari alergi yang dapat menyebabkan diare.

2. Penanganan Penderita Diare

Memperbanyak minum air bersih yang telah dimasak, hindari makanan yang berbentuk padat selama 1-2 hari, hindari makanan atau minumam yang merangsang seperti sambal, santan, nanas dsb, minum cairan rehidrasi/larutan gula garam (Oralit), segera memeriksakan diri ke dokter.

3. Tatacara Minum Larutan Gula Garam (Oralit)

· Minumlah larutan ORALIT sedikit demi sedikit, 2-3 teguk, dan berhenti 3 menit untuk memberi kesempatan ORALIT diserap oleh usus dan menggantikan garam serta cairan yang hilang dalam feses atau kotoran.

· Lakukan secara terus menerus sampai habis 1 gelas, apabila diare masih berlanjut, minum ORALIT harus tetap diteruskan sampai beberapa bungkus hingga 3-8 bungkus dalam sehari

· Segeralah ke dokter, karena bahaya terbesar dari gejala ini adalah hilangnya cairan tubuh dan garam terutama natrium dan kalium, sehingga mengalami dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian.


KESIMPULAN

Kejadian diare di Kabupaten Boyolali masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius. Jika dilihat dari kelompok umur penderita, dari tahun ke tahun, menunjukkan pola yang hampir sama yaitu yang paling berisiko adalah kelompok umur 1 – 4 tahun. Dilihat dari jumlah kasus, telah terjadi pergeseran jumlah kasus tertinggi dari wilayah Puskesmas Mojosongo pada tahun 2005 ke wilayah Puskesmas Cepogo di tahun 2007. Sebanyak lima Puskesmas selama tiga tahun menunjukkan adanya kenaikan kasus secara terus menerus. Rata rata angka kesakitan diare di Kabupaten Boyolali mencapai 1,76%.

2 komentar:

  1. dento_01@yahoo.com16 Juni 2010 pukul 18.42

    up date terus blognya ya. maju terus buat HAKLI

    BalasHapus
  2. Buat Dento : Terimakasih ... kami selalu berusaha .. walau kadang latu .. ha ha ha ...

    BalasHapus