Kamis, 13 Agustus 2009

PERAN LALAT RUMAH DALAM PENULARAN PENYAKIT DAN PENGENDALIANNYA

1. Lalat Rumah

Dilihat dari segi kebiasaan lalat rumah, yang bebas terbang berada di rumah kita yang bersih, mewah atau kotor dan kita lihat sehari-hari yang hidup bersama kita, disadari ataupun tanpa kita sadari bahwa beberapa lalat sudah menghisap cairan dan sisa-sisa makanan di tumpukan sampah, kotoran hewan, kotoran manusia dan bahan tercemar lainnya.

Dilihat dari anatomi tubuh lalat, kaki dan belalai alat penghisap yang penuh ditumbuhi rambut halus, memungkinkan kotoran dan kuman-kuman penyebab penyakit menempel dan ikut berpindah secara mekanik mengikuti keseharian kehidupan lalat yang selalu hidup dekat dengan manusia dan ikut menikmati makanan/minuman kita.

Lalat meletakkan telur dikelembaban tumpukan sayuran busuk, sisa-sisa makanan dan bak sampah. Dari 5000 kg sampah yang diteliti, sekitar 2/3 nya sudah dihinggapi dan berisi telur lalat. Diperkirakan satu bak sampah menghasilkan 20.000 belatung setiap minggu. Lingkaran hidup lalat dari telur menjadi kepompong sekitar 1 minggu, dan dari kepompong menjadi lalat sekitar 3 hari. Berkembangbiaknya lalat termasuk cepat dan menakutkan.

Walaupun lalat tidak termasuk lalat yang menggigit, tetapi lalat dapat menularkan penyakit karena kebiasaan mereka hinggap pada bahan-bahan yang tercemar kotoran manusia, kemudian hinggap pada bahan makanan dan minuman, atau pada borok kulit dan selaput lendir, itulah cara penularan secara mekanik. Diperkirakan 1 ekor lalat rumah di daerah kumuh membawa 4 juta kuman penyebab penyakit di dalam tubuhnya.

Serangga lain yang cara penularannya sama adalah kecoa (lipas=cecunguk) = Rartella germanica (latin) yang menularkan penyakit-penyakit perut di ruang perawatan anak pada rumah sakit karena kecoa mengerubungi kain popok kotor yang bertumpuk, ataupun di bantal dalam sprei kotor di belakang pintu ruang perawatan, kemudian pindah mengerubungi makanan yang terbuka.

2. Peranan lalat yang dianggap bertanggung jawab dalam penyebaran penyakit

a. Penyakit Perut

Kuman penyebab penyakit menempel pada kaki dan belalai lalat kemudian terbawa ikut pindah ke tempat yang dihinggapi sambil menghisap makanan dan merayap diatasnya, atau melalui kotoran dan muntahan lalat.

Salah satu penelitian Wart dan Lindsay tahun 1948 terhadap penyakit disentri dan penyakit shigellosis, dengan pengendalian lalat rumah jumlah kejadian bisa diturunkan sampai 50%.

b. Demam Tipoid dan penyakit saluran cerna lain

Nabusia tertular kuman tipusa atau penyakit saluran cerna lain melalui makanan yang tercemar kuman dari lalat yang sebelumnya hinggap di kotoran manusia yang mengandung kuman tipus/penyakit saluran cerna.

c. Anthrax

Penularan kuman anthrax karena lalat hinggap pada daging binatang yang mati karena sakit anthrax, kemudian hinggap pada timbunan kotoran sekitar manusia. Kuman anthrax lama-kelamaan ikut debu dan terhisap manusia sebagai lazimnya penularan penyakit anthrax.

d. Lepra

Kuman lepra yang menempel pada tubuh lalat tercampur debu dan ikut terhisap udara pernafasan

e. Frambusia (patek)

Penularan kuman dari tubuh lalat yang hinggap pada borok kulit penderita frambusia, hinggap pada luka kulit terbuka pada orang sehat.

f. Penyakit mata jenis trachoma

Virus trachoma pindah dari kotoran mata penderita sakit mata, dipindahkan lalat yang hinggap pada mata orang sehat.

g. Heptitis

Seperti virus polio, virus hipatitis A, Hepatitis C, Hepatitis E pindah pada makanan manusia melalui lalat

h. Penyakit cacingan (cacing gelang, pita dan tambang)

Seperti penyakit saluran cerna lain, telur cacing dipindahkan lalat dari kotoran penderita ke makanan manusia sehat.

i. Kuman Tubercullosis (TBC)

Kuman Tubercullosis penyebab penyakit paru yang merebak setelah maraknya penularan HIV/AIDS, menurut beberapa peneliti juga dapat disebarluaskan oleh lalat rumah. Menurut Lambor yang bekerja di Nyasaland menemukan kuman tuberculosa bisa bertahan hidup di dalam tubuh lalat sampai 1 minggu, kuman tuberculosa menempel pada kaki lalat sewaktu hinggap pada dahak penderita TBC dan bercampur debu dan terhisap bersama udara pernafasan dan kuman pindah ke tubuh orang sehat dengan cara

3. Metodologi pengendalian lalat

Pada prinsipnya pengendalian lalat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan

Ada 4 strategi yang dapat diterapkan dalam perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan yaitu :

Pengurangan atau eliminasi tempat perindukan lalat (reduction or elimination of fly breeding sites)

1) Kandang ternak

Lantai kandang terbuat dari bahan yang konkrit (semen) dengan saluran air limbah yang baik dan kotoran dibersihkan dan digelontor dengan air setiap pagi

2) Kandang ayam dan burung

Akumulasi kotoran terjadi dibawah kandang dan harus dibersihkan setiap hari agar tidak sebagai tempat perindukan lalat.

3) Tumpukan kotoran ternak

Kotoran diletakkan pada permukaan yang keras/semen dan dikelilingi selokan agar lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya, pola penumpukan kotoran menggunung untuk mengurangi luas permikaan, tumpukan kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoran.

4) Kotoran manusia

Pembuangan kotoran dibuatkan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, dan dipasang kawat kasa pada pipa-pipa ventilasi.

5) Sampah dan buangan material organik

Perlu dilakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan mulai dari pengumpulan penyimpanan dan pembuangan.

6) Drainase/parit air limbah

Endapan lumpur pada saluran air limbah merupakan tempat perindukan lalat, maka harus dibersihkan secara rutin.

Reduksi sumber-sumber yang menarik bagi lalat dari area lain (reduction of sources that attract flies from other area)

Lalat tertarik pada bau yang dikeluarkan oleh suatu breeding sites, oleh karena itu tempat atau sumber-sumber yang menarik bagi lalat perlu dilakukan pembersihan (cleanliness), pembuangan (removal of waste), dan menyimpan sesuatu dalam keadaan tertutup (its storage under cover).

Mencegah kontak antara lalat dengan pathogen penyebab penyakit (prevention of contact between files and disease causing germs)

Melindungi makanan, peralatan makan dan manusia dari kontak dengan lalat (protected of food, eating utensils and people from contact with flies)

Upaya yang dapat dilakukan dengan menyimpan makanan pada container yang kedap lalat (fly proofing container), almari, memasang jaring atau kasa pada jendela ataupun sesuatu yang terbuka. Pemasangan pintu yang dapat menutup secara otomatis (self closing door), fly curtain, dan plastic strips that touch other akan mampu mencegah kontak antara lalat dengan manusia.


b. Membunuh lalat secara langsung

Metode membunuh lalat secara langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1) Metode Fisik (Physical method)

Metode ini sangat murah, dapat menghindari resistensi, namun tidak efektif bila tingkat kepadatan lalat tinggi, sehingga metode ini hanya cocok pada skala rumah sakit, hotel, supermarket, tempat penjualan daging, buah dan sayuran. Beberapa metode fisik yang dapat digunakan adalah:

· Fly Traps

Metode ini terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan kontainer/kaleng tempat umpan (bait) dengan volume 18 liter. Bagian kedua terdiri dari sangkar tempat lalat terperangkap berbentuk kotak dengan ukuran : 30 cm x 30 cm x 45 cm. Dua bagian tersebut disusun dengan sangkar berada diatas, jarak antara dua bagian tersebut diberi sekat berlubang 0,5 cm sebagai jalan masuk lalat ke dalam perangkap.

Model ini bisa digunakan selama 7 hari setelah itu umpan dibuang dan diganti. Fly traps dapat menangkap lalat dalam jumlah besar dan cocok untuk penggunaan diluar rumah, diletakkan pada udara terbuka, tempat yang terang dan terhindar dari bayang-bayang pohon.

· Sticky tapes

Alat ini berupa tali/pita yang dilumuri larutan gula sehingga lalat akan lengket dan terperangkap, bila tidak tertutup debu bisa bertahan beberapa minggu. Cara peletakan alat ini adalah dengan cara digantungkan dekat atap rumah.

· Light Trap with Electrocutor

Prinsip alat ini adalah membunuh lalat dengan listrik, lalat yang hinggap pada lampu akan kontak dengan electrocuting grid yang membingkai lampu dengan cahaya blue atau ultraviolet light. Dalam penggunaannya perlu diujicoba dulu karena tidak semua lalat tertarik dengan alat ini. Alat ini banyak dipakai di dapur rumah sakit, restoran, lokasi penjualan buah supermarket.

2) Metode kimia

Pengendalian lalat dengan bahan kimia direkomendasikan bila betul-betul diperlukan, karena untuk menghindari resistensi misalnya pada kondisi KLB, kolera, disentri, trachoma. Beberapa metode kimia adalah Vaporizing (slow release), toxic bait, space spraying (quickly knocked down, short lasting) di dalam rumah maupun di luar rumah, residual spraying (slow lasting) pada tempat peristarahatan lalat.

a) Penyemprotan lalat dengan insektisida

Biasanya dilakukan di luar rumah seperti TPS/TPA, tempat rekreasi, pasar dan lain-lain. Mempunyai efek sementara dan hanya membunuh lalat-lalat yang terkena insektisida, lalat yang di dalam rumah, kandang dan ditempat perindukan akan tetap hidup. Penyemprotan lalat direkomendasikan pada saat puncak kepadatan lalat (populasi tinggi). Penyemprotan dilakukan pada waktu pagi hari, setiap hari selama 2 minggu.

Keuntungan penyemprotan :

· Kepadatan lalat dapat turun dengan cepat

Kerugiannya penyemprotan :

· Biaya tinggi (waktu lama dan harga insektisida mahal)

· Metode ini kurang efektif bila tempat perindukan banyak.

· Efektifitas penyemprotan dipengaruhi oleh angin.

b) Cara Penyemprotan

Penyemprotan terhadap lalat dewasa dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

· Fogging/pengasapan (swing fox), seperti pad penyemprotan DBD.

· Pengabutan, yaitu penyemprotan Ultra Low Volume (ULV)

· Penyemprotan dengan mistblower, ini merupakan cara yang tepat, tergantung pada putaran angin/udara, serta penyebaran insektisida terjadi secara merata.

c) Insektisida yang digunakan

Beberapa insektisida yang direkomendasikan digunakan untuk pengendalian lalat (tidak menimbulkan resistensi) adalah :

· Senyawa organo fosfat (Dichlorvos dan diazinon, dosis 0,3 s/d 1,0 gram/m² b.a, Trichlorfon, dimethoate, fenchlorvos, tetrachlorvinphos, bromophos, fenithrotion dan fention dengan dosis 1 – 2 gram/ m².)

· Insect Growth Regulator /IGRs (Diflubenzuroncryomazine, triflumuron dosis 0,5 – 1,0 gram/m², Pyriproxyfen dosis 0,1 gram/ m²) Kelompok ini mampu mencegah perkembangan larva selama 2-3 minggu.

Insektisida yang digunakan untuk membunuh larva bisa dalam bentuk suspensi atau larutan dengan suprayer atau gembor. Volume air yang digunakan harus dapat membasahi permukaan sampah sedalam 10 – 15 cm. Oleh karena itu dibutuhkan larutan sebanyak 0,5 – 5 liter/m² permukaan sampah.

4. Survei lalat

Tujuan dari survei lalat adalah untuk identifikasi jenis lalat dan mengetahui kepadatan populasi lalat. Ditinjau dari segi waktu survei lalat ada dua macam yaitu :

a. Pre Control Survey

Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan dimana (where), kapan (when), bagaimana (how) pengendalian lalat seharusnya dilakukan. Kegiatannya adalah penentuan species penting yang menimbulkan masalah, sumber (tempat perindukan), fluktuasi musiman, distribusi dan kebiasaan lalat dewasa (termasuk night resting), kepadatan lalat dewasa pada daerah yang berbeda, dan survei untuk (susceptibilitas insektisida).

b. Post Control Survey

Metode yang digunakan adalah Fly Grill Count, Count of Baits dan Counts on Available Survaces. Metode Fly Grill mudah dan murah dalam operasionalnya. Untuk menghitung kepadatan lalat dengan menggunakan alat fly grill dan cara pengukurannya dengan jalan menghitung jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik pada fly grill dengan counter, Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali, kepadatan diperoleh dengan cara menghitung rata-rata dari lima hasil pengukuran tertinggi.

4 komentar: